Selasa, 31 Juli 2012

Bermain Meningkatkan Berbagai Perkembangan

Hai Bunda

Sudah beberapa minggu ini kegiatan di sekolah kembali beraktivitas. Smoga tahun ajaran ini lebih baik dari kemarin.
Beberapa kegiatan yang KidsDale lakukan selama liburan sekolah kemarin, salah satunya adalah bermain dan memasak bersama. Art and Craft bekerjasama dengan LingoWorld Sunter.

Foto-foto kegiatan kami lampirkan disini ...
kita melalukan gunting-tempel-berkreasi dengan berbagai kancing, pita, dll

membeli persiapan untuk memasak, makan dan minum

siapa bilang anak laki-laki tidka bisa memotong bawang dan memasak??

spagetti pun siap kami hidangkan untuk makan siang sebelum akhirnya kami nonton Brave :)
Kegiatan ini melatih motorik (kasar dan halus) serta kognitif anak-anak dalam beraktivitas.
Jangan ketinggalan kegiatan yang lebih menarik lagi..
Nantikan info kami berikutnya

Kamis, 14 Juni 2012

Here come the SUN; Here come the FUN

Where's the fun? This school-breaks is short but sweet where we live. Kids wanna have FUN not just stay at home, doing nothing... 
There’s no excuse for children to be bored with so much taking place over the school-breaks.
You may ask your kid(s) to have fun with us. We provide activities..


KidsDale’s commitment to providing activities that are suitable for children three to six aged and abilities, without barriers, means that most of the activities are now fully accessible and suitable. Every effort will be made to welcome children of all abilities on to any course (parents/carers are welcome to check the suitability of courses direct with the centre). This school-break, we joined with Lingoworld (English Course) at Sunter to do our FUN.

With activities ranging from arts & crafts, cookery, storytelling to drama and team building activities, there is bound to be something for everyone; and the brochure has been re-designed to make it even easier to find activities of interest.  



 An Activity a day keeps the boredom away and educate more ;)

Senin, 04 Juni 2012

Macam-macam Anxiety Disorders


SOCIAL PHOBIA
Social phobia adalah ketakutan akan sosial atau keperluan perbuatan yang nyata dan terus-menerus yang akan menyebabkan mereka memiliki rasa malu.  Para penderita tersebut umumnya menghindari situasi keramaian.  Apabila ada kehadiran orang lain, mereka merasa malu, terdiam, atau berusaha sembunyi.  Bagi yang memiliki social phobia yang sangat ekstrim, mereka merasa cemas pada sebagian besar aktivitas biasa, seperti membagikan kertas di kelas, mengancingkan jaket di depan orang lain, dan memesan makanan di restoran.  Ketakutan utamma mereka adalah melakukan sesuatu di depan orang lain.  Mereka takut apabila mereka berbicara di depan publik, kata-kata yang dikeluarkan kurang jelas; jika mereka bertanya mereka akan terdengar seperti orang bodoh; apabila mereka jalan masuk ke suatu ruangan, mereka mungkin tersandung atau terlihat aneh.
Penderita social phobia kemungkinan besar yang juga memiliki tingkat emosi, ketakutan sosial, sedih, dan kesepian yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain.  Ketakutan mereka akan suatu hal yang dapat memicu penghinaan sangat tinggi dan dalam sehingga seringkali mengarah kepada kesendirian dan kesengsaraan karena mereka tidak dapat melakukan suatu hubungan yang diinginkan.  Pada kasus yang lebih parah, penderita dapat mengembangkan generalized social phobia.  Mereka takut terhadap sebagian besar situasi sosial, takut untuk bertemu atau berbicara dengan orang yang baru dikenal, menghindari kontak dengan orang-orang di luar keluarganya, sulit untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan sulit untuk datang ke sekolah.
Social phobia terjadi pada 1%-3% anak-anak dan remaja serta lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.  Hal tersebut karena anak perempuan lebih khawatir mengenai kompetensi sosial dibandingkan dengan laki-laki.  Selain itu, 2/3 anak remaja yang mengalami social phobia juga memiliki anxiety disorders lainnya, seperti specific phobia atau panic disorder.  Kurang lebih sekitar 20% remaja yang memiliki social phobia juga menderita major depression.  Mereka mungkin menggunakan alkohol dan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan mereka terhadap situasi sosial.
Social phobia sangat jarang terjadi pada anak berusia di bawah 10 tahun dan secara umum berkembang setelah pubertas.  Hal tersebut karena pada masa itu remaja sadar akan diri mereka  sehingga terkadang memiliki keraguan dan kekhawatiran akan penampilan mereka.  Di bawah ini adalah kriteria diagnostik untuk social phobia :
DSM-IV-TR
A
A marked and persistent fear of one or more social or performance situations in which the person is exposed to unfamiliar people or to possible scrutiny by others. The individual fears that he or she will act in a way (or show anxiety symptoms) that will be humiliating or embarrassing
Note: in children, there must be evidence of the capacity for age-appropriate social relationships with familiar people, and the anxiety must occur in peer settings, not only in interactions with adults
B
Exposure  to the feared social situation almost invariably provokes anxiety, which may  take the form of a situationally bound or Csituationally predisposed panic attack
NDote: in children, the anxiety may be  expressed by crying, tantrum, freezing, or shrinking from social situations with unfamiliar people
C
The person recognizes that the fear is excessive or unreasonable
Note : in children, this feature may be absent
D
The feared social or performance situations are avoided or else are endured with intense anxiety or distress


SELECTIVE MUTISM
Anak dengan selective mutism gagal untuk berbicara pada situasi sosial tertentu atau spesifik, walaupun mereka dapat berbicara dengan keras dan sering ketika berada di rumah atau lingkungan lain.  Kelainan ini tidak umum dan hanya terjadi pada kurang lebih 0,5% dari seluruh anak-anak.  Walaupun tidak termasuk ke dalam anxiety disorders menurut DSM-IV-TR, selective mutism memiliki banyak faktor yang umumnya terjadi pada anxiety disorders.  Berdasarkan persamaan tersebut, selective mutism disarankan sebagai tipe ekstrim dari social phobia, bukan unique disorder.  Namun, terdapat perbedaan antara social phobia dan selective mutism, misalnya pada selective mutism terjadi komunikasi sosial dalam bentuk non verbal.  Selain itu, beberapa anak dengan selective mutism mungkin juga memiliki keterlambatan perkembangan, kelemahan dalam bahasa, atau penurunan proses auditori.


SCHOOL PHOBIA
Bagi sebagian anak, sekolah merupakan tempat yang menakutkan, sehingga mereka merasa cemas dan tidak ingin pergi ke sekolah.  Perilaku anak tersebut disebut dengan school refusal behavior.  mereka umumnya akan menolak untuk pergi ke sekolah, atau apabila mereka sudah berada di sekolah mereka akan menolak untuk masuk ke kelas.  Mereka akan membuat berbagai macam alasan agar diperbolehkan tidak ke sekolah atau diizinkan pulang dan tidak perlu masuk ke kelas, seperti pusing, sakit tenggorokan, dan lain-lain.  Ketakutan dan kecemasan mereka akan sekolah disebut dengan school phobia.

Mash, E. J. & Wolfe, D. A. (2010). Abnormal Child Psychology, 4th Edition. Wadsworth: USA

Rabu, 16 Mei 2012

Kecemasan Berlebihan Pada Anak (Anxiety Disorders)


Setiap anak pasti mengalami ketakutan, kekhawatiran atau kecemasan sebagai bagian dari perkembangan yang normal, tetapi beberapa anak menderita anxiety disorders, yaitu kecemasan yang berlebihan dan sangat melelahkan.
Barlow (2002) mendefinisikan kecemasan (anxiety) sebagai karakteristik suasana hati (mood) yang dipengaruhi oleh emosi negatif yang kuat dan gejala fisik ketika anak mengantisipasi bahaya yang akan datang atau kesulitan dengan penuh rasa kekhawatiran (Mash & Wolfe, 2010).
Dua kunci utama kecemasan adalah emosi negatif yang kuat dan ketakutan. Anak yang mengalami kecemasan yang berlebihan dikatakan sebagai anxiety disorders, yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Faktanya, kecemasan merupakan hal yang normal dan diharapkan pada usia dan situasi tertentu. Misalnya anak usia 1 tahun merasa khawatir ketika berpisah dengan ibunya, kemudian perasaan cemas ketika akan melakukan hal yang penting seperti menghadapi ujian. Tetapi kecemasan akan menjadi masalah ketika berlebihan. Kecemasan yang tidak terkontrol dan berlebihan dapat melelahkan anak. Walaupun anak tahu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, anak akan tetap merasa takut dan melakukan apa saja untuk menghindari situasi tersebut.
Kecemasan melibatkan reaksi terhadap bahaya atau gangguan, reaksi ini dikenal sebagai fight/flight response. Fight response adalah menghadapi bahaya tersebut. Sedangkan flight response adalah menghindari bahaya tersebut.
Gejala-gejala kecemasan dapat dilihat melalui 3 sistem yang saling berkaitan, yaitu: fisik, kognitif dan tingkah laku. Misalnya secara fisik, meningkatnya jumlah keringat, mual, dan sebagainya. Kemudian secara kognitif, misalnya timbul pikiran negatif seperti ketakutan akan disakiti atau terluka dan sebagainya. Sedangkan secara tingkah laku misalnya dengan menangis atau berteriak, menggigit kuku, dan sebagainya.
      Penting untuk membedakan kecemasan dengan 2 bentuk emosi yang hampir sama yaitu takut dan panik. Takut merupakan tanda reaksi yang langsung muncul ketika ada bahaya atau keadaan darurat, reaksi emosi yang berorientasi pada saat ini. Sedangkan kecemasan adalah reaksi emosi yang berorientasi pada masa yang akan datang yang memiliki karakteristik akan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi. Sedangkan panik adalah kumpulan gejala fisik dari fight/flight response yang tidak diharapkan pada bahaya atau ancaman yang tidak ada.

Separation Anxiety Disorder (SAD)
Separation anxiety (kecemasan ketika berpisah) merupakan hal yang penting dan normal bagi anak-anak pada usia tertentu. Dari usia 7 bulan hingga pra-sekolah, hampir semua anak rewel ketika berpisah dengan orang tuanya atau orang yang dekat dengan dirinya. Faktanya, tidak adanya kecemasan ketika berpisah pada usia tersebut dapat diasumsikan bahwa mereka mengalami masalah.
Berdasarkan APA (dikutip dari Karlovec, Yazdi, Rier, Marksteiner, & Aichhorn, 2008), separation anxiety disorder (SAD) khusus merujuk pada anak yang secara ekstrem tidak mau berpisah dengan orang terdekatnya misalnya orangtua, kakek-nenek atau dari rumah.
SAD secara dramatis mempengaruhi kehidupan anak dan orangtuanya karena mereka menjadi terbatas dalam melakukan kegiatan yang sehari-hari. Ketika kecemasan terjadi setidaknya selama 4 minggu dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti pergi sekolah atau berpartisipasi dalam rekreasi, kemungkinan anak mengalami separation anxiety disorder.
Beberapa anak memiliki gejala fisik seperti sakit kepala atau sakit perut ketika berpikir akan dipisahkan. Ketakutan akan berpisah menyebabkan tekanan pada anak dan mempengaruhi kegiatan sehari-hari anak tersebut (Chakraburtty, 2009).
Anak-anak yang mengalami separation anxiety disorder, setidaknya memiliki ciri-ciri berikut, yaitu:
       Gejala terlihat setidaknya 4 minggu
       Mempengaruhi kegiatan sehari-hari seperti pergi sekolah, dll.
       Umur yang tidak sesuai dan kecemasan yang berlebihan jika dipisahkan atau jauh dari orang tuanya.
       Mimpi buruk berulang-ulang
       Takut akan situasi baru  & komplain fisik

Separation anxiety disorder (SAD) merupakan salah satu anxiety disorders yang umum terjadi pada masa kanak-kanak. Separation anxiety disorder (SAD) biasanya dilaporkan pada usia 7 hingga 8 tahun. SAD biasanya meningkat dari “mild to severe”. Hal ini bermula dari keinginan yang mengganggu atau komplain, misalnya bermimpi buruk, yang akhirnya si anak tidur dengan orang tua nya. SAD juga dapat terjadi setelah anak mengalami stress seperti pindah ke rumah atau sekolah baru, kehilangan anggota keluarga atau sehabis libur panjang

Daftar Referensi
Chakraburtty, A. (2009). Separation Anxiety in Children. WebMD Medical Reference. Available at: http://children.webmd.com/guide/separation-anxiety 
Karlovech, K., Yazdi, K., & et.al. (2008). Separation Anxiety Disorder and School Refusal in Childhood: Potential Risk Factors for Developing Distinct Psychiatric Disorders? The Primary Care Companion Journal of Clinical Psychiatry, 10(1): 72–73. Physicians Postgraduate Press, Inc. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2249814/
Mash, E. J. & Wolfe, D. A. (2010). Abnormal Child Psychology, 4th Edition. Wadsworth: USA

Kamis, 09 Februari 2012

Seni Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 5 Tahun

Perkembangan anak selalu menjadi fokus utama para orang tua. Berbagai cara dapat digunakan orang tua untuk memaksimalkan perkembangan anak, salah satunya adalah kegiatan seni yang dapat dilakukan untuk menstimulasi motorik halus pada anak.
Motorik halus adalah kemampuan fisik yang melibatkan otot-otot yang lebih kecil dan koordinasi mata-tangan (Papalia, 2009). Aktivitas yang membutuhkan kemampuan motorik halus yang baik pada usia early childhood (3-5 tahun) adalah menggambar, mewarnai, melukis, menggunting dan menjiplak (Morrison, 2009).
Perkembangan motorik halus anak pada usia 5 tahun (diadaptasi dari BKKBN (1991), Kemendikan (2009), dan Papalia, Olds, & Feldman (2002)), yaitu:
  • Anak mampu menggambar orang atau objek yang dijumpai sehari-hari  dengan modifikasi atau detil gambar
  • Anak mampu mengatur dan merangkai benda tertentu dengan banyak pola, seperti meronce manik-manik dengan  warna, ukuran, dan bentuk yang bervariasi, serta dapat mencontoh dari pola di buku
  • Anak mampu menggunting bentuk-bentuk sederhana, seperti bentuk segiempat
  • Anak mampu menulis angka dan huruf yang sederhana
Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak memungkinkannya untuk melakukan lebih banyak kegiatan yang memerlukan keterampilan jari tangannya. Menurut Santrock (2008), salah satu kegiatan yang melibatkan keterampilan jari tangan dan banyak disukai anak adalah kegiatan menggambar. 
Hal ini berkaitan dengan kemampuan artistik anak sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Ketika menginjak usia 2 tahun, rata-rata anak biasanya mampu menggambar scribble, yaitu bentuk dasar dalam gambar seperti garis, lingkaran, dan gambar benang kusut.  Antara usia 2 hingga 3 tahun, tahap perkembangan anak dalam menggambar memasuki placement stage, yaitu tahap menggambar ketika anak menggambar sesuatu dalam pola tertentu.
Pada usia 3 tahun, anak berada pada tahap shape stage dan di tahap ini mereka mampu menggambar pola geometri sederhana seperti persegi, lingkaran, segi tiga, dan sebagainya (Kellog, 1970 dalam Santrock, 2008). Pada tahap shape stage, kemampuan motorik halus anak belum berkembang dengan baik sehingga garis pada bentuk geometri sederhana tersebut masih bergelombang dan sudut bentuk geometri  yang mereka gambar masih belum solid.
Pada usia 3 hingga 4 tahun, anak berada pada tahap design stage dimana mereka mampu menggambar suatu benda dari dua atau lebih bentuk geometri tertentu, misalnya menggambar rumah yang tersusun dari gambar segi tiga dan persegi (Kellog, 1970 dalam Santrock, 2008). Ketika berusia  4 hingga 5 tahun, anak mulai bisa menggambar benda yang ada di dunia nyata dan hasil gambarnya pun sudah dapat dimengerti oleh orang dewasa dalam sekali lihat, misalnya gambar ayam, kucing, dan sebagainya. Tahap ini dinamakan tahap pictorial stage.
Aktivitas 
Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan orangtua untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, antara lain:
  • Bermain permainan warna. Perlihatkan ke anak jika warna kuning dicampur warna biru menjadi hijau, merah dicampur kuning menjadi oranye dan sebagainya. Dalam aktivitas ini bebaskan anak mengeksplor dalam mencampur warna.
  • Mewarnai gambar dengan tema tertentu misalnya gambar keluarga dengan mewarnai ibu, bapak, kakak dan adik
  • Menyalin gambar atau tulisan 
  • Menggunting dan menempel gambar
  • Meronce dengan manik-manik.
  • Melipat origami, misalnya membuat origami burung, katak dan sebagainya.
  • Menggambar bebas dan biarkan imajinasi anak berkembang.
Aktivitas di atas bertujuan untuk meningkatkan perkembangan dan melatih motorik halus anak melalui seni yang juga disesuaikan dengan perkembangan artistik anak usia 5 tahun. Selain itu, aktivitas ini dapat juga untuk meningkatkan minat anak terhadap seni dengan memperlihatkan bahwa seni dapat dilakukan dengan berbagai media dan anak bebas mengekspresikannya.
Oleh: Nony Fardillah

Daftar Referensi
Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin. (2002). A child’s world: Infacy through adolescence. (9th ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Papalia, Diane E. (2004). Human development (9th ed). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Santrock, John W. (2008). Children. (10th ed.).  New York: McGraw-Hill Companies, Inc.


Senin, 06 Februari 2012

Kecerdasan dan Gaya Belajar Anak Berbeda-beda.


“Kok susah banget ya membuat anakku paham itung-itungan sesimpel ini?” keluh seorang ibu tentang anaknya.
“Anakku mah nggak sepinter anak ibu itu, dia nggak pernah dapet ranking di sekolahnya.” ungkap seorang teman.
Pernahkah anda mendengar ungkapan-ungkapan di atas? Atau anda mengalami hal yang serupa?  Ungkapan-ungkapan di atas , walau dinyatakan dalam bentuk negatif, mengandung esensi perhatian orang tua pada kemampuan anaknya.
Jika anak lambat paham atau anak tidak pernah juara kelas, apakah berarti anak kita termasuk dalam kategori tidak pandai?  Sehingga sebagai orang tua kita dapat berkecil hati karena merasa kurang beruntung memiliki anak yang tidak dapat kita banggakan?  Selain bahwa setiap anak pantas mendapat kasih sayang tanpa syarat dari orang tua (walau dia “tidak pintar”), para orang tua tidak perlu buru-buru untuk berkesimpulan negatif terhadap kondisi anaknya.
Kecerdasan anak tidak bisa dilihat hanya satu faktor saja, misalnya jika ia kesulitan berhitung, bukan berarti ia tidak cerdas, ia hanya butuh dibimbing dengan cara yang lebih sesuai dengan gaya belajarnya.  Hal ini telah dinyatakan oleh Howard Gardner dalam bukunya Frames of Mind (1983), semua orang memiliki kecerdasan individual dan gaya belajar sendiri.  Gardner membagi kecerdasan dan gaya belajar manusia menjadi 8 (delapan), yaitu :

1.     Linguistic – sensitif pada arti atau urutan kata
2.     Logical-mathematical – kemampuan untuk menganalisa dan mengenali pola dan urutan.
3. Bodily-kinesthetic – kemampuan untuk menggerakkan tubuh dengan luwes dan melakukan aktivitas dengan terampil.
4.     Musical – sensitif pada nada, melodi dan irama musik.
5.     Spatial – kemampuan untuk mempersepsi dunia secara akurat
6.  Naturalist – kemampuan untuk mengenali dan mengklasfikasikan berbagai makhluk hidup di alam semesta.
7.     Interpersonal – mudah memahami orang dan membina hubungan dengan oran g lain.
8.     Intrapersonal – mampu mengontrol perasaan dan moodnya.

Umumnya anak-anak memiliki lebih dari satu kecerdasan dan gaya belajar tersebut, jadi tidak hanya satu macam saja. 

Lalu bagaimana kita dapat mengetahui kecerdasan dan gaya belajar anak kita?

Kenali anak anda dengan melakukan pengamatan harian, beberapa anak sudah menunjukkan preferensinya sejak bayi, namun  secara umum menurut Thomas R. Hoerr PhD dalam artikelnya yang berjudul How is your child smart? anak menunjukkan preferensinya sejak usia dua tahun. 



Bagaimana kita mengamatinya?  Thomas R Hoerr PhD menyatakan :

·      Jika anda amati anak anda menggunakan kata-kata yang kaya variasi, dia sangat suka bercerita, suka tebak kata, suka bercanda dan suka aktivitas yang berkaitan dengan kata-kata, maka ia cerdas linguistic.

·   Jika anak anda suka beraktivitas dengan angka, memiliki keingintahuan yang besar akan bagaimana sebuah benda (misalnya mainannya) dapat beroperasi, dan senang menanyakan segala sesuatu, maka ia cerdas logical mathematic.

·      Jika anak anda sangat menikmati olah raga dan sangat mencintai aktivitas fisik, maka anak anda cerdas bodily kinesthetic.

·     Jika anak anda suka mendengarkan musik, bermain musik, bernyanyi, bergerak mengikuti irama musik, atau menciptakan irama lagu, anak anda cerdas musical.

·      Jika anak anda menikmati bermain puzzle, mazes, menyusun balok-balok, membongkar dan memasang bagian sebuah benda, maka anak anda cerdas spatial.

·   Jika anak anda senang melakukan aktivitas di alam, mengamati tanaman, mengkoleksi batu-batuan, menangkap serangga, sangat menikmati akvitas di alam, anak anda cerdas naturalist.

·       Jika anak anda punya banyak teman, mudah bergaul dan cenderung menjadi team player, maka anak anda cerdas interpersonal.

·    Jika anak anda lebih nyaman melakukan aktivitas sendiri dan ketika bersama-sama teman-temannya lebih senang menjadi pengamat dan pendengar, maka anak anda cerdas intrapersonal.

Apa manfaat anda mengetahui tipe kecerdasan dan gaya belajar anak anda?
·     Orang tua terhindar dari frustasi ketika membantu anak belajar.  Ketika orang tua menyesuaikan cara yang ia gunakan dengan gaya belajar anak, maka anak akan paham dengan lebih mudah dan nyaman baginya.
·      Orang tua dapat membantu anak untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan bagi anak, sehingga anak dapat berkembang secara lebih seimbang dan tidak stress. 

Berbagai contoh pemanfaatan multiple intelligence dalam kegiatan belajar anak :
·      Bagaimana membantu anak yang cerdas linguistic untuk belajar menghitung?
Ajak ia untuk membaca buku yang mengharuskan karakter menghitung benda, lalu minta ia menceritakan kembali apa yang dibacanya.
·      Bagaimana membantu anak yang cerdas logical mathematic untuk belajar makhluk hidup?
Minta ia menggolong-golongkan hewan-hewan berdasar kemiripan ciri.
·      Bagaimana membantu anak yang cerdas bodily kinesthetic untuk belajar konsep panjang dan pendek?
Minta ia melempar berbagai jenis benda dan minta ia mengukur jarak lemparnya.
·      Bagaimana mengajarkan matematika pada anak yang cerdas musical?
Gunakan lagu-lagu yang ada kaitannya dengan matematika.
·      Bagaimana mengajarkan alfabet pada anak yang cerdas spatial?
Gunakan balok bergambar alfabet, atau minta ia menyusun puzzle bergambar alfabet.
·      Bagaimana mengajarkan konsep warna pada anak yang cerdas naturalist?
Jelaskan konsep tersebut dengan menunjukkan contohnya di alam, misalnya warna bunga-bungaan atau warna pelangi.
·      Bagaimana mengajarkan konsep pembagian angka pada anak yang cerdas interpersonal?
Beri contoh dengan melibatkan kegemarannya berteman, misalnya jika kau punya sepotong kue, sedangkan temanmu ada 3, bagaimana caranya agar semua mendapat potongan kue yang sama besar?
·      Bagaimana mengajarkan pelajaran science kepada anak yang cerdas intrapersonal?
Beri kesempatan pada anak untuk merasakan dan mengeksplor topik yang akan dipelajari, lalu beri kesempatan padanya untuk menjelaskan pengalaman dan perasaannya tentang topik tersebut dengan cara menuliskannya atau menggambarkannya di sebuah kertas.

Jangan lupa bahwa seorang anak, biasanya memiliki lebih dari satu kecerdasan dan gaya belajar. Hal ini tentunya membuka peluang bagi kita, orang tua dan pendidiknya untuk memvariasikan cara pembelajaran yang kita gunakan dan tidak hanya menyerah pada satu cara saja.
Oleh : Widiana
Daftar Pustaka


Gardner, H. (2006). Multiple Intelligence. USA: Basic Books.
Hoerr, T. R. (2012). Parents. Retrieved 2 6, 2012, from Scholastic.com: www.scholastic.com/resources/article/how-is-your-child-smart/

Kamis, 02 Februari 2012

Seni Mencoret-coret Dapat Merangsang Otak

 

Apa yang akan anda lakukan bila anda ibu Zorro? Sebagai orangtua, kita seringkali keliru dengan persepsi yang kita miliki. Coret-coret membuat, rusak cat dinding rumah kita yang bagus. Telah ditemukan oleh Eisner (2002) seni memberikan kontribusi pada pertumbuhan pikiran, karena doodle ‘gambar yang tidak berarti’ merupakan proses belajar bagi anak. Sistem yang meliputi interaksi antara indrawi, atensi, kognitif, emosi dan motorik yang merupakan pendorong di proses belajar lainnya.
Doodling merupakan seni mencoret-coret yang sedang menjadi bahan perhatian banyak orang yang berdampak pada perkembangan atensi di executive function serta hemisphere kanan dan kiri. Atensi menurut Papalia (2009) dalam bukunya Human Development didefiniskan sebagai pemusatan daya mental seseorang. Sedangkan kontrol executive function penting dalam menekan respon dominan tertentu dan juga peralihan atensi antara beberapa tugas yang berbeda.

Ketika kita atau anak melakukan corat-coret, otak akan menjadi kreatif. Tiap individu mengembangkan berbagai seni yang berbeda di bagian otak, menggunakan coret-coret turut membantu mengasah visual thinking. Bukankah kita ingin anak tetap aktif, kreatif, tetapi juga merangsang otaknya. Nah, agar ini terwujud, perhatikan tumbuh kembang dan pelajari apa yang perlu disediakan. 



Usia 0 -12 bulan
Bayi yang masih di fase oral, senang memasukkan barang atau tangannya ke dalam mulut. Anak-anak sudah mampu membuat coret-coret. Atensi sudah berkembang di masa ini. Menurut Papalia (2009), usia 4 bulan, bayi sudah mengembangkan selective attention hingga sustained attention, mampu bertahan selama 5 menit.
Tip: siapkan alat tulis dengan ukuran cukup besar untuk digenggam. Lekas cuci atau basuh tangannya setelah selesai beraktivitas.

Usia 12 -  36 bulan
Batita sudah bisa menggunakan krayon dan kuas cat, perkembangan kognitifnya mengenai konsep ukuran, bentuk, warna dan ruang juga berkembang dengan baik. Berdasarkan tokoh kognitif, Piaget anak mulai mengenal simbol-realitas objek dari yang mengetahui dan diwakili dalam simbol-simbol yang dibentuk dan dimanipulasi oleh pikiran. Atensi anak bertahan lebih lama hingga 10 menit, tahapannya sudah pada executive attention seiring dengan perkembangan pemahaman dan bahasa si anak. Pada masa ini coret-coret awal dari menggambar, membaca dan menulis.
Usia 18 bulan, hemisphere kanan berkembang secara aktif, berikan stimulasi yang kreatif. Coret-coret yang sederhana akan memiliki arti (dinamai dan diberi suara). Usia mencapai 36 bulan, coret-coretnya akan membentuk suatu gambar yang lebih baik dan jelas.

Tip: Persiapkan alat gambar yang tepat, arahkan, beri contoh sehingga tidak disembarang tempat. Perhatikan penggunaan tangannya (condong kanan atau kiri). Tanyakan pada anak apa yang digambar dan berikan pujian secara lisan atau pelukan, hindari pemberian manisan untuk hadiah. Siapkan buku gambar, kertas tanpa garis, atau tempat melukis, agar otonominya berkembang dengan maksimal, jangan membentak atau memarahi tanpa alasan, bila mencoret di dinding rumah Anda. Berikan contoh pada anak untuk tempat yang tepat mencoret-coret.

Penting
Menganggap semua anak sama bukanlah pandangan yang tepat, karena anak adalah unik dan tumbuh kembangnya berbeda (ada yang cepat ada pula yang lambat). Pentingnya peran ibu dalam pemberian pendampingan (‘scaffolding’, diungkapkan oleh tokoh psikologi, Vygotsky) dapat membantu meningkatkan ritme aktivitas otak.
Ada beberapa jenis mencoret-coret: bila berbentuk binatang, menunjukkan anak yang bahagia; bentuk abstrak, menunjukkan pribadi yang berfikir bebas; berbentuk bunga menunjukan kreativitas atau feminitas; bila wajah menunjukkan emosi yang positif, negatif atau ragu-ragu.

Info mengenai otak
Empat perbedaan utama hemispheres pada otak
1.    Hemisphere kiri mengontrol bagian kanan badan; hemisphere kanan mengontrol bagian kiri badan
2.    Hemisphere kiri berfikir logis; hemisphere kanan berfikir serentak
3.    Hemisphere kiri fokus pada isi; hemisphere kanan fokus pada konteks
4.    Hemisphere kiri menganalisa rincian; hemisphere kanan melihat secara garis besar
Neuron atau sel di otak memiliki jalur biokimia yang membuat mereka tumbuh dan menjangkau neuron lain setiap kali mereka aktif. Sehingga menjaga dan mengembangkan neuron penting agar mereka tetap berkembang terutama pada masa golden age. Terlebih kabel otak kita tampaknya menjadi faktor utama dalam penentuan sifat kreativitas kita.
Oleh : Tarcisia
 
Sumber:

Anonymous. (2011). Do you doodle? Scholastic News vol. 79 no.20 , 2. 
Anonymous. (2001). Scribbles can measure kids' development. USA Today vol.130 no.2679 , 5. 
Cooper, N. (2007). Spootlight on... doodling. Personnel Today , 37. 
Gazzaniga, M. (2008). Learning, Arts, and the Brain. New York: Dana Press. 
Geddes, J. K. (2001). How doodles develop. Parenting vol.15 no.7 , 182.