Rabu, 15 Mei 2013

Mengisi Liburan Sekolah Dengan Aktivitas Menarik dan Bermanfaat

Hai smart mom & dad! Menjelang liburan sekolah, yuk ajak si buah hati mengikuti kegiatan liburan yang menyenangkan.
Di liburan kali ini, KidsDale punya program baru lho, "Program BEE" untuk menumbuhkan dan mengasah tanggung jawab pada si buah hati.
Program BEE akan dilaksanakan pada tanggal:

  • 22 Juni 2013 untuk buah hati usia 4-6 tahun
  • 29 Juni 2013 untuk buah hati usia 7-9 tahun
Smart mom & dad, jangan sampai ketinggalan ya untuk mendaftarkan si buah hati. Ada harga spesial lho jika segera mendaftar, info lebih lanjut hubungi kami :  Melly - 085215617835 dan Lisa - 081513485480.

Sabtu, 11 Mei 2013

Tontonan anak: Terserah Pembantu?


Oleh Gita Nur Patria dan Helmi Arman*

Orang tua dan guru harus pro-aktif menjaga agar anak tidak menonton 
film-film yang belum sesuai untuk usianya.


Beberapa waktu lalu, saya sempat dikejutkan oleh teguran dari guru anak saya. Ia mengeluhkan ‘ketertinggalan’ anak saya dibandingkan anak-anak lain dalam hal tontonannya di rumah.

Saya memang selalu menjaga agar si kecil selalu menonton sesuatu yang diperuntukkan untuk anak seusianya. Pada saat berumur 5 tahun, ia masih sangat menyukai kartun Thomas and Friends. Jadi saya cukup terkejut ketika guru kelasnya menyarankan agar ia disuguhi film-film semi dewasa seperti Transformers, Spiderman the Movie, dan lain-lain. Alasannya agar si anak lebih mengerti apa yang dibicarakan oleh teman-temannya dan tidak merasa disisihkan dalam pergaulan.

Saran dari gurunya tersebut lantas menimbulkan pertanyaan dalam pikiran saya. Apakah sesuatu yang salah bisa dibenarkan hanya karena semua orang melakukannya? Dimana tanggung jawab kita sebagai orang tua dan guru dalam menjaga anak dari pikiran-pikiran serta keinginan negatif yang pasti akan timbul akibat menonton hal-hal yang belum sepatutnya?

Perlu diketahui bahwa hampir semua film dari barat itu diberi peringkat oleh lembaga yang disebut MPAA (Motion Picture Association of America). Film-film seperti Iron man, Transformers, Spiderman itu diberikan peringkat PG-13. Artinya film tersebut bisa mengandung elemen-elemen kekerasan, adegan-adegan dewasa dan bugil, serta kata-kata kasar yang tidak pantas dipertontonkan kepada anak di bawah usia 13 tahun.

Banyak orang tua Indonesia tidak memperhatikan atau tidak peduli akan arti pentingnya pemeringkatan ini. Bahkan tak jarang di bioskop kita melihat anak-anak kecil diajak orang tuanya menonton film yang jelas-jelas berperingkat R (Restricted), yang selain mengandung kekerasan tingkat tinggi, juga memperlihatkan adegan-adegan telanjang berorientasi seksual, bahkan juga penyalahgunaan narkotika!

Saya pernah berbicara dengan anak berumur 5 tahun yang mengatakan bahwa ia sudah memiliki “pacar” yang “seksi banget”. Ketika saya tanyakan arti dari kedua istilah tersebut, anak itu dengan percaya diri menjelaskan bahwa pacar itu untuk di-“cium-cium” dan seksi itu adalah buah dada yang besar. Ini bukanlah hal yang lucu, melainkan suatu gejala yang mengerikan!

Banyak anak di negeri ini menonton film berjam-jam dalam sehari tanpa didampingi oleh orang tua mereka. Padahal pengaruh TV dan film terhadap perkembangan anak sangat besar, apalagi pada anak berusia dini yang kemampuan kognitifnya masih terbatas. Seorang anak kecil akan mempercayai apa yang ia lihat di TV sebagai suatu hal yang nyata: Apa yang di-iklankan harus dibeli, dan nilai-nilai serta perilaku yang dipertontonkan boleh ditiru… termasuk kekerasan dan seks.

Penelitian menunjukkan bahwa anak kecil yang terlalu banyak disuguhi film action bisa tumbuh menjadi anak agresif yang merasa bahwa kekerasan adalah satu-satunya jalan keluar dari masalah. Sementara itu anak-anak yang sudah disuguhi film dewasa ketika masih kecil cenderung akan lebih dini melakukan kegiatan seksual dibandingkan dengan anak yang hanya menonton kartun.

Oleh karena itu kebijakan orang tua dalam mengawasi dan memilih tontonan anak merupakan salah satu faktor nyata yang akan membentuk karakter serta perilaku si anak. Apakah belum cukup banyak berita di negeri ini mengenai anak kecil yang sudah berani mengambil nyawa manusia lain? Atau berita akan banyaknya remaja yang harus putus sekolah karena hamil atau menghamili anak lain?

Kita sebagai orang tua memiliki tanggung jawab besar agar anak didik kita tidak berperilaku dewasa sebelum waktunya. Orang tua harus pro-aktif mengawasi dan mengatur kadar konsumsi media TV anaknya. Ini tidak boleh diserahkan pada pembantu saja!

Pertama, perhatikan rating film yang ditonton si anak: apakah G, PG, PG-13 atau R? Film berjudul tokoh komik bukan berarti boleh ditonton semua anak. Kedua, jangan menghadiahi TV atau komputer di dalam kamar anak. Porsi waktu ideal menonton TV atau film itu hanya 1-2 jam per-hari; aturan ini lebih mudah diterapkan bila TV berada di luar kamar. Ketiga, orang tua hendaknya membuka komunikasi dan diskusi dengan anak mengenai film apa yang boleh ditonton. Si anak perlu tahu mengapa mereka dilarang menonton film atau acara TV tertentu. Bantulah ia memahami bahwa pada acara tersebut terdapat materi-materi yang tidak sesuai dengan usianya.

Sebelum anak saya meminta-minta diberikan tontonan dewasa karena teman-temannya, saya berusaha meyakinkan gurunya bahwa hal terbaik yang patut ia lakukan adalah membangkitkan rasa percaya diri pada murid-muridnya:  Bahwa setiap anak berumur 5 tahun yang masih menyukai Thomas and Friends tidak perlu merasa kecil hati menghadapi teman-temannya yang mungkin sudah ahli menonton film-film kekerasan dan adegan sensual.

Saya juga menyarankan Ibu guru agar bisa mengalihkan perhatian anak-anak kepada kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan mereka bermain bersama, sehingga si anak penyuka Thomas tidak merasa disisihkan. Alhamdulillah, setelah cukup lama berdiskusi akhirnya kami pun sepakat akan membantu anak saya “diterima” oleh teman-temannya di sekolah tanpa harus melanggar aturan dari orang tuanya. Mudah-mudahan tetap demikian ke depannya.


*Penulis merupakan pasangan orang tua yang prihatin