“Anakku tak pernah peduli aku sudah datang atau belum dari
kantor....kalau aku sampai rumahpun dia tak pedulikan kedatanganku...” ungkap seorang
ibu.
“Anak saya takut sama saya...gara-gara ibunya selalu
menggunakan saya sebagai senjata kalau anak tidak mau nurut...misalnya mereka
mau mandi kalau ibunya sudah sebut nama saya...ayo mandi, kalau tidak nanti
ayah pulang kantor marah lho!” ungkap seorang ayah.
Demikian ungkapan seorang ibu dan seorang ayah kepada kami
pada sebuah workshop orang tua di Jakarta Selatan. Curhat orang tua yang mengungkapkan
permasalah hubungan mereka dengan sang anak, anak tidak peduli, tidak mau
mendengar kata orang tua atau bahkan anak takut pada orang tuanya.
Terkait dengan kedekatan hubungan orang tua dengan anaknya, beberapa
penelitian menunjukkan faktor waktu merupakan salah satu yang berpengaruh. Kurangnya waktu yang digunakan oleh orang tua
untuk anaknya dianggap menjadi penyebab renggangnya hubungan mereka. Orang tua yang kedua-duanya bekerja dianggap
yang paling jadi penyebab utama kurangnya waktu orang tua dengan anaknya.
Di sisi lain, penelitian menunjukkan ibu yang tidak ikut bekerja di luar rumah bisa saja tidak menggunakan waktunya untuk memberi perhatian pada sang anak. Sedangkan, jika kedua orang tua bekerja di luar rumah, mereka berusaha menggunakan keterbatasan waktunya untuk fokus memberi perhatian pada anaknya. Dengan demikian, yang menjadi faktor penentu kualitas hubungan orang tua dan anak adalah kualitas pemanfaatan waktu yang ada untuk fokus memberi perhatian pada anak.
Di sisi lain, penelitian menunjukkan ibu yang tidak ikut bekerja di luar rumah bisa saja tidak menggunakan waktunya untuk memberi perhatian pada sang anak. Sedangkan, jika kedua orang tua bekerja di luar rumah, mereka berusaha menggunakan keterbatasan waktunya untuk fokus memberi perhatian pada anaknya. Dengan demikian, yang menjadi faktor penentu kualitas hubungan orang tua dan anak adalah kualitas pemanfaatan waktu yang ada untuk fokus memberi perhatian pada anak.
Hal lain yang mempengaruhi adalah kondisi mental orang
tua. Sebagai contoh, stress orang tua. Stress pekerjaan yang dibawa ke rumah, ikut
mempengaruhi pola interaksi antara orang tua dan anak. Hal inilah yang menyebabkan kualitas hubungan
yang buruk. Orang tua yang lelah
bekerja, dapat menciptakan kondisi tidak nyaman ketika berinteraksi, misalnya
menggunakan intonasi tinggi seperti sedang marah. Hal tersebut menyebabkan anak kemudian
memilih untuk tidak mendengarkan atau menghindari orang tuanya.
Apakah yang dapat membangun kebersamaan berkualitas sekaligus
mengurangi dampak stress pekerjaan?
Bagaimana kalau bermain? Ya ! Bermain bersama anak!.
Kenapa bermaian ? Pertama, pada umumnya, bermain merupakan aktivitas yang disenangi baik oleh orang dewasa
maupun anak-anak. Kedua, dengan melakukan
aktivitas yang menyenangkan, stress dapat berkurang. Ketiga, bagi anak-anak bermain adalah cara mereka
belajar dan mengembangkan kemampuan fisik, motorik dan
sosioemosional mereka. Keempat, dengan bermain bersama, anak merasa lebih diperhatikan, hal
ini tentunya membantu anak untuk mengetahui bahwa mereka berharga dan bahwa
orang tua mereka peduli pada anak-anaknya. Kelima, orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai kehidupan melalui bermain
misalnya ketika bermain balok bersama, orang tua dapat mengajarkan
nilai-nilai ketekunan dan kegigihan.
Nah, manfaat-manfaat ini berlipat ganda ketika bermain dilakukan bersama antara orang tua dan anak. Dengan bermain bersama orang tuanya, sang anak merasa lebih diperhatikan. Penelitian menunjukkan, bermain bersama anak meningkatkan kualitas komunikasi antara orang tua dan anaknya.
Hal tersebut akan membangun kualitas hubungan orang tua dan anak. Ketika sama-sama menikmati permainan, kualitas komunikasi terbangun. Hal ini juga akan mendorong semakin baiknya kualitas hubungan orang tua.
Nah, manfaat-manfaat ini berlipat ganda ketika bermain dilakukan bersama antara orang tua dan anak. Dengan bermain bersama orang tuanya, sang anak merasa lebih diperhatikan. Penelitian menunjukkan, bermain bersama anak meningkatkan kualitas komunikasi antara orang tua dan anaknya.
Hal tersebut akan membangun kualitas hubungan orang tua dan anak. Ketika sama-sama menikmati permainan, kualitas komunikasi terbangun. Hal ini juga akan mendorong semakin baiknya kualitas hubungan orang tua.
Jadi, ayo bermain bersama anak, demi kualitas hubungan yang
lebih baik! Sering-sering katakan kata
ajaib : Nak, main yuk!
Disarikan dari Workshop Orang Tua dan Anak : Main Yuk!!! (17 Juli 2013)