Senin, 19 Agustus 2013

Membangun Hubungan Berkualitas Dengan Kata Ajaib : Nak, Main Yuk!



“Anakku tak pernah peduli aku sudah datang atau belum dari kantor....kalau aku sampai rumahpun dia tak pedulikan kedatanganku...” ungkap seorang ibu.

“Anak saya takut sama saya...gara-gara ibunya selalu menggunakan saya sebagai senjata kalau anak tidak mau nurut...misalnya mereka mau mandi kalau ibunya sudah sebut nama saya...ayo mandi, kalau tidak nanti ayah pulang kantor marah lho!” ungkap seorang ayah.

Demikian ungkapan seorang ibu dan seorang ayah kepada kami pada sebuah workshop orang tua di Jakarta Selatan.  Curhat orang tua yang mengungkapkan permasalah hubungan mereka dengan sang anak, anak tidak peduli, tidak mau mendengar kata orang tua atau bahkan anak takut pada orang tuanya.

Terkait dengan kedekatan hubungan orang tua dengan anaknya, beberapa penelitian menunjukkan faktor waktu merupakan salah satu yang berpengaruh.  Kurangnya waktu yang digunakan oleh orang tua untuk anaknya dianggap menjadi penyebab renggangnya hubungan mereka.  Orang tua yang kedua-duanya bekerja dianggap yang paling jadi penyebab utama kurangnya waktu orang tua dengan anaknya.

Di sisi lain,  penelitian menunjukkan ibu yang  tidak ikut bekerja di luar rumah bisa saja tidak menggunakan waktunya untuk memberi perhatian pada sang anak. Sedangkan, jika kedua orang tua bekerja di luar rumah, mereka berusaha menggunakan keterbatasan waktunya untuk fokus memberi perhatian pada anaknya.  Dengan demikian, yang menjadi faktor penentu kualitas hubungan orang tua dan anak adalah kualitas pemanfaatan waktu yang ada untuk fokus memberi perhatian pada anak.

Hal lain yang mempengaruhi adalah kondisi mental orang tua.  Sebagai contoh, stress orang tua.  Stress pekerjaan yang dibawa ke rumah, ikut mempengaruhi pola interaksi antara orang tua dan anak.  Hal inilah yang menyebabkan kualitas hubungan yang buruk.  Orang tua yang lelah bekerja, dapat menciptakan kondisi tidak nyaman ketika berinteraksi, misalnya menggunakan intonasi tinggi seperti sedang marah.  Hal tersebut menyebabkan anak kemudian memilih untuk tidak mendengarkan atau menghindari orang tuanya.

Apakah yang dapat membangun kebersamaan berkualitas sekaligus mengurangi dampak stress pekerjaan?  Bagaimana kalau bermain? Ya ! Bermain bersama anak!.
Kenapa bermaian ? Pertama, pada umumnya, bermain merupakan aktivitas yang disenangi baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.  Kedua, dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan, stress dapat berkurang.  Ketiga, bagi anak-anak bermain adalah cara mereka belajar dan mengembangkan kemampuan fisik, motorik dan sosioemosional mereka. Keempat, dengan bermain bersama, anak merasa lebih diperhatikan, hal ini tentunya membantu anak untuk mengetahui bahwa mereka berharga dan bahwa orang tua mereka peduli pada anak-anaknya. Kelima orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai kehidupan melalui bermain misalnya ketika bermain balok bersama, orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai ketekunan dan kegigihan.

Nah, manfaat-manfaat ini berlipat ganda ketika bermain dilakukan bersama antara orang tua dan anak.  Dengan bermain bersama orang tuanya, sang anak merasa lebih diperhatikan.  Penelitian menunjukkan, bermain bersama anak meningkatkan kualitas komunikasi antara orang tua dan anaknya.  

Hal tersebut akan membangun kualitas hubungan orang tua dan anak.  Ketika sama-sama menikmati permainan, kualitas komunikasi terbangun.  Hal ini juga akan mendorong semakin baiknya kualitas hubungan orang tua.

Jadi, ayo bermain bersama anak, demi kualitas hubungan yang lebih baik!  Sering-sering katakan kata ajaib : Nak, main yuk!






Disarikan dari Workshop Orang Tua dan Anak : Main Yuk!!! (17 Juli 2013)