Setiap anak pasti mengalami
ketakutan, kekhawatiran atau kecemasan sebagai bagian dari perkembangan yang normal,
tetapi beberapa anak menderita anxiety
disorders, yaitu kecemasan yang berlebihan dan sangat melelahkan.
Barlow (2002) mendefinisikan
kecemasan (anxiety) sebagai
karakteristik suasana hati (mood) yang dipengaruhi oleh emosi negatif
yang kuat dan gejala fisik ketika anak mengantisipasi bahaya yang
akan datang atau kesulitan dengan penuh rasa kekhawatiran (Mash & Wolfe, 2010).
Dua kunci utama kecemasan
adalah emosi negatif yang kuat dan ketakutan. Anak yang mengalami kecemasan
yang berlebihan dikatakan sebagai anxiety
disorders, yang dapat
terjadi dalam berbagai bentuk.
Faktanya, kecemasan
merupakan hal yang normal dan diharapkan pada usia dan situasi tertentu.
Misalnya anak usia 1 tahun merasa khawatir ketika berpisah dengan ibunya,
kemudian perasaan cemas ketika akan melakukan hal yang penting seperti
menghadapi ujian. Tetapi kecemasan akan menjadi masalah ketika berlebihan.
Kecemasan yang tidak terkontrol dan berlebihan dapat melelahkan anak. Walaupun
anak tahu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, anak akan tetap merasa
takut dan melakukan apa saja untuk menghindari situasi tersebut.
Kecemasan melibatkan reaksi
terhadap bahaya atau gangguan, reaksi ini dikenal sebagai fight/flight response. Fight
response adalah menghadapi bahaya tersebut. Sedangkan flight response adalah menghindari bahaya tersebut.
Gejala-gejala kecemasan
dapat dilihat melalui 3 sistem yang saling berkaitan, yaitu: fisik, kognitif dan tingkah laku. Misalnya secara fisik, meningkatnya jumlah keringat, mual, dan sebagainya. Kemudian secara kognitif, misalnya timbul pikiran negatif seperti ketakutan akan disakiti atau terluka dan sebagainya. Sedangkan secara tingkah laku misalnya dengan menangis atau berteriak, menggigit kuku, dan sebagainya.
Penting untuk membedakan
kecemasan dengan 2 bentuk emosi yang hampir sama yaitu takut dan panik. Takut
merupakan tanda reaksi yang langsung muncul ketika ada bahaya atau keadaan
darurat, reaksi emosi yang berorientasi pada saat
ini. Sedangkan kecemasan adalah reaksi
emosi yang berorientasi pada masa yang akan datang yang memiliki karakteristik
akan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi. Sedangkan panik adalah kumpulan gejala fisik
dari fight/flight response yang tidak
diharapkan pada bahaya atau ancaman yang tidak ada.
Separation Anxiety Disorder (SAD)
Separation
anxiety (kecemasan ketika berpisah) merupakan hal yang penting dan normal bagi anak-anak
pada usia tertentu. Dari usia 7 bulan hingga pra-sekolah, hampir semua anak
rewel ketika berpisah dengan orang tuanya atau orang yang dekat dengan dirinya.
Faktanya, tidak adanya kecemasan ketika berpisah pada usia tersebut dapat
diasumsikan bahwa mereka mengalami masalah.
Berdasarkan APA (dikutip
dari Karlovec, Yazdi, Rier, Marksteiner, & Aichhorn, 2008), separation anxiety disorder (SAD) khusus merujuk pada anak yang secara
ekstrem tidak mau berpisah dengan orang terdekatnya misalnya orangtua, kakek-nenek atau dari rumah.
SAD secara dramatis
mempengaruhi kehidupan anak dan orangtuanya karena mereka menjadi terbatas dalam melakukan
kegiatan yang sehari-hari. Ketika kecemasan terjadi setidaknya selama 4 minggu
dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti pergi sekolah atau
berpartisipasi dalam rekreasi, kemungkinan anak mengalami separation anxiety disorder.
Beberapa anak memiliki
gejala fisik seperti sakit kepala atau sakit perut ketika berpikir akan
dipisahkan. Ketakutan akan berpisah menyebabkan tekanan pada anak dan
mempengaruhi kegiatan sehari-hari anak tersebut (Chakraburtty, 2009).
Anak-anak yang mengalami separation anxiety disorder, setidaknya
memiliki ciri-ciri berikut, yaitu:
• Gejala
terlihat setidaknya 4 minggu
• Mempengaruhi
kegiatan sehari-hari seperti pergi sekolah, dll.
• Umur
yang tidak sesuai dan kecemasan yang berlebihan jika dipisahkan atau jauh dari
orang tuanya.
• Mimpi
buruk berulang-ulang
• Takut
akan situasi baru & komplain fisik
Separation
anxiety disorder (SAD) merupakan salah satu anxiety disorders
yang umum terjadi pada masa kanak-kanak. Separation
anxiety disorder (SAD) biasanya dilaporkan pada usia 7 hingga
8 tahun. SAD biasanya meningkat dari “mild
to severe”. Hal ini bermula dari keinginan yang mengganggu atau komplain,
misalnya bermimpi buruk, yang akhirnya si anak tidur dengan orang tua nya. SAD juga
dapat terjadi setelah anak mengalami stress seperti pindah ke rumah atau
sekolah baru, kehilangan anggota keluarga atau sehabis libur panjang
Daftar Referensi
Chakraburtty,
A. (2009). Separation Anxiety in Children.
WebMD Medical Reference. Available at: http://children.webmd.com/guide/separation-anxiety
Karlovech,
K., Yazdi, K., & et.al. (2008). Separation
Anxiety Disorder and School Refusal in Childhood: Potential Risk Factors for
Developing Distinct Psychiatric Disorders? The Primary Care Companion Journal
of Clinical Psychiatry, 10(1): 72–73. Physicians Postgraduate Press, Inc.
Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2249814/
Mash,
E. J. & Wolfe, D. A. (2010). Abnormal
Child Psychology, 4th Edition. Wadsworth: USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar