“Kok susah
banget ya membuat anakku paham itung-itungan sesimpel ini?” keluh seorang ibu
tentang anaknya.
“Anakku mah
nggak sepinter anak ibu itu, dia nggak pernah dapet ranking di sekolahnya.”
ungkap seorang teman.
Pernahkah anda
mendengar ungkapan-ungkapan di atas? Atau anda mengalami hal yang serupa? Ungkapan-ungkapan di atas , walau
dinyatakan dalam bentuk negatif, mengandung esensi perhatian orang tua pada
kemampuan anaknya.
Jika anak lambat
paham atau anak tidak pernah juara kelas, apakah berarti anak kita termasuk
dalam kategori tidak pandai?
Sehingga sebagai orang tua kita dapat berkecil hati karena merasa kurang
beruntung memiliki anak yang tidak dapat kita banggakan? Selain bahwa setiap anak pantas mendapat
kasih sayang tanpa syarat dari orang tua (walau dia “tidak pintar”), para orang
tua tidak perlu buru-buru untuk berkesimpulan negatif terhadap kondisi anaknya.
Kecerdasan anak tidak bisa dilihat hanya satu faktor
saja, misalnya jika ia kesulitan berhitung, bukan berarti ia tidak cerdas, ia
hanya butuh dibimbing dengan cara yang lebih sesuai dengan gaya belajarnya. Hal ini telah dinyatakan oleh Howard
Gardner dalam bukunya Frames of Mind (1983), semua orang
memiliki kecerdasan individual dan gaya belajar sendiri. Gardner membagi kecerdasan dan gaya
belajar manusia menjadi 8 (delapan), yaitu :
1.
Linguistic –
sensitif pada arti atau urutan kata
2.
Logical-mathematical –
kemampuan untuk menganalisa dan mengenali pola dan urutan.
3. Bodily-kinesthetic –
kemampuan untuk menggerakkan tubuh dengan luwes dan melakukan aktivitas dengan
terampil.
4. Musical –
sensitif pada nada, melodi dan irama
musik.
5. Spatial –
kemampuan untuk mempersepsi dunia
secara akurat
6. Naturalist
– kemampuan untuk mengenali dan
mengklasfikasikan berbagai makhluk hidup di alam semesta.
7. Interpersonal
– mudah memahami orang dan membina
hubungan dengan oran g lain.
8. Intrapersonal
– mampu mengontrol perasaan dan moodnya.
Umumnya
anak-anak memiliki lebih dari satu kecerdasan dan gaya belajar tersebut, jadi
tidak hanya satu macam saja.
Lalu
bagaimana kita dapat mengetahui kecerdasan dan gaya belajar anak kita?
Kenali
anak anda dengan melakukan pengamatan harian, beberapa anak sudah menunjukkan
preferensinya sejak bayi, namun
secara umum menurut Thomas
R. Hoerr PhD dalam artikelnya yang berjudul How is your child smart? anak menunjukkan
preferensinya sejak usia dua tahun.
Bagaimana
kita mengamatinya? Thomas R Hoerr
PhD menyatakan :
· Jika anda amati anak anda menggunakan kata-kata yang kaya variasi,
dia sangat suka bercerita, suka tebak kata, suka bercanda dan suka aktivitas
yang berkaitan dengan kata-kata, maka ia cerdas linguistic.
· Jika anak anda suka beraktivitas dengan angka, memiliki
keingintahuan yang besar akan bagaimana sebuah benda (misalnya mainannya) dapat
beroperasi, dan senang menanyakan segala sesuatu, maka ia cerdas logical mathematic.
· Jika anak anda sangat menikmati olah raga dan sangat
mencintai aktivitas fisik, maka anak anda cerdas bodily kinesthetic.
· Jika anak anda suka mendengarkan musik, bermain musik,
bernyanyi, bergerak mengikuti irama musik, atau menciptakan irama lagu, anak
anda cerdas musical.
· Jika anak anda menikmati bermain puzzle, mazes, menyusun
balok-balok, membongkar dan memasang bagian sebuah benda, maka anak anda cerdas
spatial.
· Jika anak anda senang melakukan aktivitas di alam, mengamati
tanaman, mengkoleksi batu-batuan, menangkap serangga, sangat menikmati akvitas
di alam, anak anda cerdas naturalist.
· Jika anak anda punya banyak teman, mudah bergaul dan cenderung
menjadi team player, maka anak anda cerdas interpersonal.
· Jika anak anda lebih nyaman melakukan aktivitas sendiri dan
ketika bersama-sama teman-temannya lebih senang menjadi pengamat dan pendengar,
maka anak anda cerdas intrapersonal.
Apa
manfaat anda mengetahui tipe kecerdasan dan gaya belajar anak anda?
· Orang tua terhindar dari frustasi ketika membantu anak
belajar. Ketika orang tua
menyesuaikan cara yang ia gunakan dengan gaya belajar anak, maka anak akan
paham dengan lebih mudah dan nyaman baginya.
· Orang tua dapat membantu anak untuk belajar dengan cara yang
lebih menyenangkan bagi anak, sehingga anak dapat berkembang secara lebih
seimbang dan tidak stress.
Berbagai
contoh pemanfaatan multiple intelligence
dalam kegiatan belajar anak :
· Bagaimana membantu anak yang cerdas linguistic untuk belajar menghitung?
Ajak
ia untuk membaca buku yang mengharuskan karakter menghitung benda, lalu minta
ia menceritakan kembali apa yang dibacanya.
· Bagaimana membantu anak yang cerdas logical mathematic untuk belajar makhluk hidup?
Minta
ia menggolong-golongkan hewan-hewan berdasar kemiripan ciri.
· Bagaimana membantu anak yang cerdas bodily kinesthetic untuk belajar konsep panjang dan pendek?
Minta
ia melempar berbagai jenis benda dan minta ia mengukur jarak lemparnya.
· Bagaimana mengajarkan matematika pada anak yang cerdas musical?
Gunakan
lagu-lagu yang ada kaitannya dengan matematika.
· Bagaimana mengajarkan alfabet pada anak yang cerdas spatial?
Gunakan
balok bergambar alfabet, atau minta ia menyusun puzzle bergambar alfabet.
· Bagaimana mengajarkan konsep warna pada anak yang cerdas naturalist?
Jelaskan
konsep tersebut dengan menunjukkan contohnya di alam, misalnya warna
bunga-bungaan atau warna pelangi.
· Bagaimana mengajarkan konsep pembagian angka pada anak yang
cerdas interpersonal?
Beri
contoh dengan melibatkan kegemarannya berteman, misalnya jika kau punya
sepotong kue, sedangkan temanmu ada 3, bagaimana caranya agar semua mendapat
potongan kue yang sama besar?
· Bagaimana mengajarkan pelajaran science kepada anak yang
cerdas intrapersonal?
Beri
kesempatan pada anak untuk merasakan dan mengeksplor topik yang akan
dipelajari, lalu beri kesempatan padanya untuk menjelaskan pengalaman dan
perasaannya tentang topik tersebut dengan cara menuliskannya atau menggambarkannya
di sebuah kertas.
Jangan lupa
bahwa seorang anak, biasanya memiliki lebih dari satu kecerdasan dan gaya
belajar. Hal ini tentunya membuka peluang bagi kita, orang tua dan pendidiknya
untuk memvariasikan cara pembelajaran yang kita gunakan dan tidak hanya
menyerah pada satu cara saja.
Oleh : Widiana
Daftar Pustaka
Gardner, H. (2006). Multiple
Intelligence. USA: Basic Books.
Hoerr, T. R. (2012). Parents.
Retrieved 2 6, 2012, from Scholastic.com:
www.scholastic.com/resources/article/how-is-your-child-smart/
Bagus dan bermanfaat infonya.
BalasHapusSangat disayangkan, sekarang daerah perumahan kekurangan daerah penghijauan atau taman, sehingga anak tidak bisa leluasa untuk mencoba mengeksplorasi alam sekitarnya.